Gamelan Alat Musik Asli Indonesia
Gamelan adalah musik ansambel tradisional Jawa dan Bali di Indonesia yang memiliki tangga nada pentatonis dalam sistem tangga nada (laras) slendro dan pelog. Terdiri dari instrumen musik perkusi yang digunakan pada seni musik karawitan.
Instrumen yang paling umum digunakan adalah metalofon antara lain gangsa, gender, bonang, gong, saron, slenthem dimainkan oleh wiyaga menggunakan palu (pemukul) dan membranofon berupa gendang yang dimainkan dengan tangan. Juga idiofon berupa kemanak dan metalofon lain adalah beberapa di antara instrumen yang umum digunakan. Instrumen lain termasuk xilofon berupa gambang, aerofon berupa seruling, kordofon berupa rebab, dan kelompok vokal disebut sinden.
Seperangkat dikelompokkan menjadi dua, yakni gangsa pakurmatan dan gangsa ageng. Gansa pakurmatan dimainkan untuk mengiringi hajad dalem (upacara adat keraton), jumenengan (upacara penobatan raja atau ratu), tingalan dalem (peringatan kenaikan tahta raja atau ratu), grebeg (upacara peristiwa penting), sekaten (upacara peringatan hari lahir Nabi Muhammad). Gangsa ageng dimainkan sebagai pengiring pergelaran seni budaya umumnya dipakai untuk mengiringi beksan (seni tari), wayang (seni pertunjukan), uyon-uyon (upacara adat/hajatan), dan lain-lain.
Gamelan tersebar di berbagai daerah, seperti di pulau Jawa, Madura, Bali, Kalimantan dan Lombok. Akan tetapi, jenis utama adalah Jawa dan gamelan Bali, asli daerah Jawa dan Bali. Saking pentingnya gamelan sebagai tradisi budaya dunia, maka pada tahun 1977, NASA memasukkan musik Jawa ke dalam satelit Voyager I dan Voyager II. Sedangkan yang peredarannya luas dan pelestarian terbanyak adalah Reog dari Ponorogo. Jawa merupakan alat musik tertua di dunia.
Sejak 2021, seluruh instrumen secara resmi diakui oleh UNESCO sebagai salah satu Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda yang berasal dari Indonesia
Terminologi
Kata gamelan berasal dari bahasa Jawa gamêl yang berarti ‘memukul’ atau ‘menabuh’, dapat merujuk pada jenis palu yang digunakan untuk memukul instrumen, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda.Istilah karawitan mengacu pada musik gamelan klasik dan praktik pertunjukan, dan berasal dari kata rawit, yang berarti ‘rumit’ atau ‘dikerjakan dengan baik’.Kata ini berasal dari kata bahasa Jawa yang berakar dari bahasa Sanskerta, ‘rawit’, yang mengacu pada rasa kehalusan dan keanggunan yang diidealkan dalam musik Jawa. Kata lain dari akar kata ini, pangrawit, berarti seseorang dengan pengertian demikian, dan digunakan sebagai penghargaan ketika mendiskusikan musisi yang terhormat. Bahasa Jawa halus (krama) untuk ‘gamelan’ adalah gangsa, dibentuk dari kata tiga dan sedasa (tiga dan sepuluh) merujuk pada elemen pembuat berupa perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah. Perpaduan tersebut menghasilkan perunggu, yang dianggap sebagai bahan baku terbaik untuk membuat gamelan
Sejarah
Keberadaan gamelan mendahului proses transisi budaya Hindu-Buddha yang mendominasi Nusantara, dalam catatan-catatan awalnya dan dengan demikian mewakili bentuk kesenian asli Indonesia.
Dalam mitologi Jawa, gamelan yang awalnya bernama Lokananta tidak berwujud yang berbunyi di awang awang (angkasa udara) diciptakan oleh Batara Guru pada Tahun 167 Saka (atau 230 M), raja dewa yang memerintah sebagai raja seluruh alam semesta jagat raya dari sebuah Kahyangan istana di Wukir Mahendra Giri di Medang Kamulan (sekarang Gunung Lawu). Batara Guru memerintah Batara Indra Surapati menciptakan gamelan yang berwujud tiruan gamelan lokananta yang tidak berwujud yaitu gong, kethuk, kenong, gong, rebab, sebagai sinyal untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih kompleks, kemudian ia menciptakan dua gong lainnya, sehingga membentuk set utuh.
Gambar paling awal dari himpunan alat musik (musik ansambel) ditemukan di relief dinding candi Borobudur dibangun abad ke-8 oleh Arsitek Candi Borobudur yaitu Gunadharma pada masa wangsa syailendra dari kerajaan Mataram Kuno di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Relief tersebut menampilkan sejumlah alat musik termasuk suling, lonceng, kendang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik dawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief tersebut. Bagaimanapun, relief tentang himpunan alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula .
Kerajaan Bantarangin di Wengker (sekarang Ponorogo, Jawa Timur) membuat yang merupakan syarat sayembara dari kerajaan Daha abad 11, isi sayembara adalah membuat alat musik dan hiburan kesenian yang belum pernah ada di dunia. Meski sudah pernah ada, tetapi yang dibuat oleh wengker menghasilkan musik yang berbeda dari pada umumnya, yang kemudian dikenal dengan Gamelan Reog.
Instrumen gamelan diperkenalkan menjadi bentuk seperangkat peranti musik lengkap dan berkembang pada zaman Kerajaan Majapahit, dan menyebar ke berbagai daerah seperti Bali, Sunda, dan Lombok. Menurut prasasti dan manuskrip yang bertanggal dari periode Majapahit, kerajaan bahkan memiliki balai seni yang bertugas mengawasi seni pertunjukan, termasuk . Balai seni mengawasi konstruksi alat musik, serta menjadwalkan pentas pertunjukan
Di Bali, ada beberapa selonding yang sudah ada sejak abad ke-9 pada masa Sri Kesari Warmadewa memerintah. Beberapa kata yang merujuk pada selonding ditemukan dalam beberapa prasasti dan manuskrip Bali kuno. Saat ini, selonding disimpan dan dilestarikan dengan baik di pura-pura kuno di Bali. Dianggap sakral dan digunakan untuk keperluan upacara keagamaan, terutama saat upacara besar diadakan. Selonding merupakan bagian dari kehidupan dan budaya sehari-hari bagi sebagian masyarakat adat di kampung-kampung kuno seperti Bungaya, Bugbug, Seraya, Tenganan Pegringsingan, Timbrah, Asak, Ngis, Bebandem, Besakih, dan Selat di Kabupaten Karangasem.
Pada proses penetrasi Islam, Sunan Bonang mengubah yang waktu itu sangat kental dengan estetika Hindu, juga memberi nuansa baru. Gubahannya waktu itu memberi nuansa transendental atau wirid yang mendorong kecintaan pada kehidupan, dan menambahkan instrumen bonang pada satu set .
Dalam kebudayaan wengker atau Ponorogo, Pada abad ke-15 Reog selain digunakan untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo juga digunakan saat latihan bela diri hingga perang, pasukan Ki Ageng Surya Alam dari desa Kutu membunyikan gamelan reog saat sebelum hingga perang berlangsung ketika melawan Majapahit yang berkoalisi dengan Demak saat menyerbu Wengker, alhasil Wengker selalu mendapatkan kemenangannya sebelum pusaka Ki Ageng Surya Alam jatuh ke tangan musuh
Dalam lingkup keraton di Jawa tertua yang diketahui adalah Munggang dan Kodok Ngorek, berasal dari abad ke-12. Ini membentuk dasar tempo cepat atau “gaya keras” pada gamelan. Sebaliknya, tempo pelan atau “gaya lembut” berkembang dari tradisi kemanak juga berkaitan dengan tradisi melantunkan geguritan (puisi Jawa), dengan cara yang sering diyakini mirip dengan paduan suara yang menyertai tarian modern bedaya. Pada abad ke-17, gaya keras dan lembut bercampur, dan sebagian besar menjadi variasi pada gaya modern Bali, Jawa, dan Sunda, dihasilkan dari berbagai cara pencampuran unsur-unsur tersebut. Dengan demikian, terlepas dari keragaman gaya yang tampak, banyak konsep, instrumen, dan teknik teoretis yang sama dibagikan di antara gaya-gaya tersebut
Alat Musik Gamelan
Gamelan adalah ansambel multi-timbre yang terdiri dari metalofon, idiofon, xilofon, aerofon, kordofon, suara vokal, siter yang dipetik dan membranofon yang dimainkan dengan tangan disebut kendhang, mengontrol tempo dan irama potongan-potongan serta transisi dari satu bagian ke bagian lainnya. Jenis-jenis instrumen dalam bahasa jawa disebut ricikan/waditra. Beberapa waditra yang membentuk gamelan ditunjukkan di bawah ini
- 1 Buah Kendang ageng (Kendang Gending)
- 1 Buah Kendang ciblon (Batangan)
- 1 Buah Kendang sabet (Kendhang Wayangan)
- 1 Buah Kendang ketipung(Ketipung)
- 1 Buah Bedug
- 1 Set Bende
- 2 Buah Bonang Penembung
- 2 Buah Bonang Barung (Bonang)
- 2 Buah Bonang Penerus
- 2 Set Kenong
- 2 Set Kethuk
- 1 Buah Kempyang
- 1 Buah Kemong
- 2 Buah Slenthem (Gender Panembung)
- 2 Buah Slentho
- 2 Buah Cluring
- 3 Buah Gender Barung (Gender)
- 3 Buah Gender Penerus
- 2 Buah Saron Demung (Demung)
- 4 Buah Saron Barung (Saron/Saron Ricik)
- 2 Buah Saron Peking (Peking/Saron Penerus)
- 2 Buah Saron Cacahan
- 2 Buah Gong Ageng (Gong Besar)
- 2 Buah Gong Suwukan (Gong Siyem)
- 1 Buah Gong Beri
- 2 Set Kempul
- 2 Buah Rebab
- 2 Buah Gambang
- 2 Buah Gambang Gangsa
- 2 Buah Siter
- 2 Buah Celempung
- 2 Buah Suling (Seruling)
- 1 Buah Kecer
- 3 Buah Kepyak
- 2 Buah Kemanak
- 1 Buah Byong (Brong/Gentorag/Klinting)
- 1 Buah Rojeh
- Sindhen (Waranggana/Swarawati) – Penyanyi Wanita
- Gerong (Wiraswara) – Penyanyi Pria
Penyebaran
-
Era Kuno (Zaman Hindu Buddha)
Gamelan bentuk kuno menyebar dari Jawa ke Sunda, Madura, Bali dan Lombok. Nampak dari bentuk gendang yang lebih kurus dan ukirannya yang masih dipenuhi hewan mitologis. Saat ini yang masih melestarikan bentuk kuno adalah Bali dan Lombok.
-
Era Demak – Mataram (Zaman Islam)
Gamelan era Kesultanan Demak mengalami sedikit modifikasi oleh para Wali Songo, diantaranya bentuk gendang yang lebih gemuk dan juga ukiran yang tidak terlalu didominasi hewan mitologis. dengan bentuk ini menyebar ke Sunda, Banjar, Kutai dan Palembang. Jawa berkembang menjadi berbagai sub gaya diantaranya gaya Cirebon, Banyumas, Surakarta, Yogyakarta, Jawa Timuran dll.
-
Era Kolonial
Pada era ini kesenian semakin diperhitungkan. Para saudagar banyak mengoleksi . Kesultanan melayu di Riau, Pahang dan Trengganu juga turut mengoleksi gamelan. Raffles juga turut mengoleksi yang ia jarah dari Keraton Yogyakarta dan Madura. Pada tahun – tahun berikutnya berkesempatan ditampilkan di Paris. Setelah itu banyak komposer – komposer musik barat yang tertarik dengan gamelan.
-
Era Kini
Akhirnya gamelan menjadi bagian dari musik dunia. Banyak universitas – universitas di luar Indonesia yang mengajarkan musik gamelan diantaranya[21]:
- Cambridge University, Inggris
- University of Minnesota Amerika Serikat
- Lawrence University, Amerika Serikat
- University of Michigan, Amerika Serikat
- Santa Clara University, Amerika Serikat.
- The University of Sydney, Australia
- The University of Melbourne, Australia
- The University of Hawai’i at Mānoa, Amerika Serikat
- Memorial University of Newfoundland, Kanada
- Seattle Pacific University, Amerika Serikat
- The University of Hongkong-Hongkong
- University of Pittsburgh, Amerika Serikat
- The University of Manchester, Inggris.
- University of Waterloo, Kanada
- University of Maryland, Amerika Serikat
Ragam
Jenis-jenis gamelan dibedakan berdasarkan koleksi instrumen dan penggunaan suara, penyetelan tangga nada (laras), repertoar, gaya, dan konteks budaya. Secara umum, tidak ada dua ansambel gamelan yang sama, dan yang muncul di kraton sering dianggap memiliki gaya dan penyetelan sendiri. Gaya tertentu juga dapat dibagikan oleh ansambel terdekat, yang mengarah ke gaya daerah.
Gamelan Jawa
Pada Gamelan Jawa terdapat beberapa jenis Gamelan meliputi :
- Reog Ponorogo, Untuk mengiringi kesenian Reog Ponorogo. ini terdiri dari Kendang Reog, Slompret, Kenong, Gong, Angklung Reog, Ketipung.
- Jaranan Thek, Untuk mengiringi kesenian kuda Lumping yang saat ini memiliki banyak Jenis kuda Lumping.
- Keraton Kasunanan Surakarta, untuk mengiringi berbagai tarian dan tradisi di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.
- Keraton Kasultanan Yogyakarta, untuk mengiringi berbagai tarian dan tradisi di lingkungan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
- Wayang, Untuk Mengiringi kesenian Wayang Kulit.
- Banyuwangi, Untuk Mengiringi berbagai kesenian khas Banyuwangi. Bunyi musik ini menghasilkan suara Jawa keraton, Reog, Jaranan Thek, dan Bali karena mendapatkan pengaruh dari keempat jenis tersebut di banyuwangi.
Gamelan Sunda
- Wayah (Tua atau era Majapahit)
- Bambu (Rindik), mulanya sebuah Angklung Reog yang kemudian dimainkan dengan cara dipukul
- Madya (Masa Kolonial)
- Anyar (Baru)
Gamelan Sasak Lombok
- Sasak, Untuk mengiringi berbagai kesenian khas suku sasak di Lombok. sasak mendapat pengaruh dari Bali. sehingga bunyi yang dihasilkan sangat mirip dengan Bali.
Gamelan Madura
- Saronen, untuk mengiringi kesenian khas Madura. Saronen mendapat pengaruh yang kuat dari Reog Ponorogo, meski begitu nada bunyi yang dihasilkan memiliki ciri khas Madura.
Gamelan Kutai
- Kutai, Untuk mengiringi berbagai tarian di lingkungan Keraton Kutai Kartanegara yang mendapatkan pengaruh Jawa era Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak
Gamelan Banjar
- Banjar, Untuk Mengiringi berbagai kesenian khas Banjar yang mendapatkan pengaruh Jawa era Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Demak.
Gamelan Palembang
- Palembang, Kerajaan Palembang dibangun oleh para bangsawan dari Demak. Seiring dengan itu budaya jawa masuk ke keraton Palembang termasuk. ini biasa digunakan untuk mengiringi wayang kulit dan berbagai kesenian khas Palembang.
Gamelan Melayu
- Melayu Riau
- Melayu Semenanjung (Malaysia), Gamelan Melayu baru ada pada zaman kolonial. Secara fisik memiliki bentuk yang sama persis dengan Jawa. Yang membedakan ialah lagu-lagunya dibikin oleh orang Melayu. ini digunakan untuk mengiringi Joget.
jenis umumnya dikelompokkan berdasarkan geografis, dengan pembagian utama antara gaya yang disukai oleh orang Bali, Jawa, dan Sunda. Orang Madura juga memiliki gaya gamelan sendiri, meskipun tidak lagi digunakan.Gamelan Sunda mempunyai dinamika degung, yang menggunakan subset instrumen gamelan dengan laras pelog tertentu. Gamelan Bali sering dikaitkan dengan keahlian dan perubahan tempo yang cepat dan dinamika gong kebyar. Sasak memiliki kemiripan dengan Gamelan Bali, dengan sedikit ragam yang berbeda. Gamelan Jawa, sebagian besar didominasi oleh kraton-kraton di Jawa, sesuai dengan gayanya masing-masing, dikenal dengan kualitas meditasi yang lebih pelan atau bertempo lambat dan bersifat transendental atau mersudi yang memiliki makna berusaha mencapai sesuatu dengan kesabaran.
Tempat bermain slot yang asik : Mahkota69
Tinggalkan Balasan